Minggu, 02 Juli 2017

RESUME: ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI

ANDRAGOGI DAN PEDAGOGI Pengertian : Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: “aner”, dengan akar kata andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. Istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah “pedagogi”, yang ditarik dari kata “paid” artinya anak dan “agogus” artinya membimbing atau memimpin. Dengan demikian secara harfiah “pedagogi” berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training/Teaching). Perbedaan Andragogi dan Pedagogi Kosep tentang diri peserta didik Peserta didik digambarkan sebagai seseorang yang bersifat tergantung. Masyarakat mengharapkan para guru bertanggung jawab sepenuhnya untuk menentukan apa yang harus dipelajari, kapan, bagaimana cara mempelajarinya, dan apa hasil yang diharapkan setelah selesai Adalah suatu hal yang wajar apabila dalam suatu proses pendewasaan, seseorang akan berubah dari bersifat tergantung menuju ke arah memiliki kemampuan mengarahkan diri sendiri, namun setiap individu memiliki irama yang berbeda-beda dan juga dalam dimensi kehidupan yang berbeda-beda pula. Dan para guru bertanggungjawab untuk menggalakkan dan memelihara kelangsungan perubahan tersebut. Pada umumnya orang dewasa secara psikologis lebih memerlukan penga- rahan diri, walaupun dalam keadaan tertentu mereka bersifat tergantung. Fungsi Pengalaman peserta didik Di sini pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik tidak besar nilainya, mungkin hanya berguna untuk titik awal. Sedangkan penglaman yang sangat besar manfaatnya adalah pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari gurunya, para penulis, produsen alat-alat peraga atau alat-alat audio visual dan pengalaman para ahli lainnya. Oleh karenanya, teknik utama dalam pendidikan adalah teknik penyampaian yang berupa: ceramah, tugas baca, dan penyajian melalui alat pandang dengar. Di sini ada anggapan bahwa dalam perkembangannya seseorang membuat semacam alat penampungan (reservoair) pengalaman yang kemudian akan merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat bagi diri sendiri mau pun bagi orang lain. Lagi pula seseorang akan menangkap arti dengan lebih baik tentang apa yang dialami daripada apabila mereka memperoleh secara pasif, oleh karena itu teknik penyampaian yang utama adalah eksperimen, percobaan-percobaan di laboratorium, diskusi, pemecahan masalah, latihan simulasi, dan praktek lapangan. Kesiapan belajar Seseorang harus siap mempelajari apapun yang dikatakan oleh masyarakat, dan hal ini menimbulkan tekanan yang cukup besar bagi mereka karena adanya perasaan takut gagal, anak-anak yang sebaya diaggap siap untuk mempelajari hal yang sama pula, oleh karena itu kegiatan belajar harus diorganisasikan dalam suatu kurikulum yang baku, dan langkah-langkah penyajian harus sama bagi semua orang. Seseorang akan siap mempelajari sesuatu apabila ia merasakan perlunya melakukan hal tersebut, karena dengan mempelajari sesuatu itu ia dapat memecahkan masalahnya atau dapat menyelesaikan tugasnya sehari-hari dengan baik. Fungsi pendidik di sini adalah menciptakan kondisi, menyiapkan alat serta prosedur untuk membantu mereka menemukan apa yang perlu mereka ketahui. Dengan demikian program belajar harus disusun sesuai dengan kebutuhan kehidupan mereka yang sebenarnya dan urutan-urutan penyajian harus disesuaikan dengan kesiapan peserta didik. Orientasi belajar Peserta didik menyadari bahwa pendidikan adalah suatu proses penyampaian ilmu pengetahuan, dan mereka memahami bahwa ilmu-ilmu tersebut baru akan bermanfaat di kemudian hari. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sesuai dengan unit-unit mata pelajaran dan mengikuti urutan-urutan logis ilmu tersebut , misalnya dari kuno ke modern atau dari yang mudah ke sulit. Dengan demikian, orientasi belajar ke arah mata pelajaran. Artinya jadwal disusun berdasarkan keterselesaian nya mata-mata pelajaran yang telah ditetapkan. Peserta didik menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu proses peningkatan pengembangan kemampuan diri untuk mengembangkan potensi yang maksimal dalam hidupnya. Mereka ingin mampu menerapkan ilmu dan keterampilan yang diperolehnya hari ini untuk mencapai kehidupan yang lebih baik atau lebih efektif untuk hari esok. Berdasarkan hal tersebut di atas, belajar harus disusun ke arah pengelompokan pengembangan kemampuan. Dengan demikian orientasi belajar terpusat kepada kegiatannya. Dengan kata lain, cara menyusun pelajaran berdasarkan kemampuan-kemampuan apa atau penampilan yang bagaimana yang diharap kan ada pada peserta didik. Kelemahannya Pedagogi adalah manusia (dalam hal ini adalah siswa) yang memiliki keunikan, yang memiliki talenta, memiliki minat, memiliki kelebihan, menjadi tidak berkembang, menjadi tidak bisa mengeksplorasi dirinya sendiri, tidak mampu menyampaikan kebenarannya sendiri, sebab yang memiliki kebenaran adalah masa lalu, adalah sesuatu yang sudah mapan dan sudah ada sampai sekarang. Pedagogi memiliki kelebihan, yakni di dalam menjaga rantai keilmuan yang sudah diawali oleh orang-orang terdahulu, maka rantai emas dan benang merah keilmuan bisa dilanjutkan oleh generasi mendatang.

RESUME BIMBINGAN KONSELING

BIMBINGAN KONSELING 1. PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING A. Pengertian Bimbingan Menurut Prayitno dan Erman Amti, bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. B. Pengertian Konseling Jones, menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya. C. Kesimpulan Bimbingan dan Konseling adalah proses interaksi antara konselor dengan konseli baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka untuk membantu konseli agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau pun memecahkan permasalahan yang dialaminya. Bimbingan dan Konseling juga dapat didefinisikan sebagai upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi perkembangan konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. 2. TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah:  Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.  Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain.  Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.  Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif  Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.  Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.  Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya.  Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship).  Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.  Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif. B. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah:  Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.  Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif.  Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.  Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif.  Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, dan  Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian C. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah:  Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan  Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir  Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja.  Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.  Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir.  Memiliki kemampuan merencanakan masa depan.  Dapat membentuk pola-pola karir.  Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat 3. FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING a) Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). b) Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. c) Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. d) Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. e) Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. f) Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. g) Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. h) Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). i. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. i) Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. IV. ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING a) Asas Kerahasiaan, asas yang menuntut konselor merahasiakan data atau informasi yang diberikan konseli agar tidak diketahui orang lain dan data atau informasi hanya boleh disebarluaskan berdasarkan persetujuan konseli yang dapat dipertanggungjawabkan. b) Asas Kesukarelaan, asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan antara konselor dengan konseli dalam mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan. c) Asas Keterbukaan, asas yang menghendaki agar konselor dan konseli bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan maupun dalam menerima berbagai informasi dari luar yang berguna bagi pengembangandirinya. d) Asas Kegiatan, asas menghendaki agar konselor dan konseli berpartisipasi aktif dalam rangkaian kegiatan dalam layanan bimbingan dan konseling. e) Asas Kemandirian, asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yaitu konseli diharapkan menjadi mandiri secara pribadi, sosial, belajar, dan karier, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri. f) Asas Kekinian, asas yang menghendaki permasalahan yang dihadapi konseli terjadi saat sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat konseli pada saat sekarang. g) Asas Kedinamisan, asas yang menghendaki agar isi layanan hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu. h) Asas Keterpaduan, asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan dapat saling menunjang, harmonis, dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama atau kolaborasi dengan berbagai pihak yang terkait menjadi perlu dilaksanakan. i) Asas Kenormatifan, asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma yang berlaku. j) Asas Keahlian, asas yang menghendaki agar layanan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. k) Asas Alih Tangan Kasus, asas yang menghendaki agar konselor yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli. l) Asas Tut Wuri Handayani, asas yang diadopsi dari nilai-nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara. Asas Tut Wuri Handayani adalah asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi, mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada konseli untuk berkembang maju sesuai dengan potensi yang dimiliki konseli.

RESUME : MENGELOLA KELAS

Mengelola Kelas A. Mengapa Kelas Perlu Dikelola Secara Efektif Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everston, Emmer, & Worsham, 2003). Para pakar dalam bidang manajemen kelas melaporkan bahwa ada perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas. Pandangan lama menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk megontrol tindak tanduk murid. Pandangan yang baru memfokuskan pada kebutuhan murid untuk mengembangkan hubugan dan kesempatan untuk menata diri (Kennedy, dkk., 2001). Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan patuh pada aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran aktif, pemikiran, dan konstruksi pengetahuan sosial (Charles & Senter, 2002). Tren baru dalam manajemen kelas lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih mau berdisiplin diri dan tidak terlalu menekankan pada kontrol eksternal atas diri murid (Freiberg, 1999). 1. Kelas Padat, Kompleks, dan Berpotensi Kacau Dalam menganalisis lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan enam karakterisitik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya : - Kelas adalah multidimensional; - Aktivitas terjadi secara simultan; - Hal – hal terjadi secara cepat; - Kejadian sering kali tidak bisa diprediksi; - Hanya ada sedikit privasi; - Kelas punya sejarah. 2. Memulai dengan Benar Salah satu kunci untuk mengelola kompleksitas adalah mengelola hari – hari pertama dan minggu – minggu awal masa sekolah secara cermat dan hati – hati. Anda harus menggunakan masa – masa ini untuk (1) menyampaikan aturan dan prosedur yang Anda gunakan kepada kelas dan mengajak murid bekerja sama untuk mematuhinya, dan (2) mengajak murid terlibat aktif dalam semua aktivitas pembelajaran. 3. Penekanan pada Instruksi dan Suasana Kelas yang Positif Dalam sebuah studi klasik, Jacob Kounin (1970) tertarik untuk menemukan bagaimana guru merespons perilaku murid yang menyimpang. Kounin terkejut ketika menemukan bahwa manajer kelas yang efektif dan tidak efektif memberikan respons terhadap perilaku itu dengan cara yang sama. Manajer yang efektif jauh lebih baik ketimbang manajer yang tidak efektif dalam memanajemen aktivitas kelompok. Para peneliti di bidang psikologi pendidikan senantiasa menemukan bahwa guru yang membimbing dan menata kegiatan kelas secara kompeten jauh lebih efektif ketimbang guru yang hanya menekankan pada disiplin (Brophy, 1996). 4. Tujuan dan Strategi Manajemen  Membantu Murid Menghabiskan Lebih Banyak Waktu untuk Belajar dan Mengurangi Waktu Aktivitas yang Tidak Diorientasikan pada Tujuan.  Mencegah Murid Mengalami Problem Akademik dan Emosional B. Mendesain Lingkungan Fisik Kelas 1. Prinsip Penataan Kelas Berikut ini empat prinsip dasar yang dapat dipakai untuk menata kelas (Everston, Emmer, & Worsham, 2003) : • Kurangi kepadatan di tempat lalu – lalang. • Pastikan bahwa kita dapat dengan mudah melihat semua murid. • Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses • Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. 2. Gaya Penataan • Penataan Kelas Standar Gaya Auditorium yaitu gaya susunan kelas di mana semua murid duduk menghadap guru. Gaya Tatap Muka yaitu gaya susunan kelas di mana murid saling menghadap. Gaya Off – Set yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku, tetapi tidak berhadapan langsung satu sama lain. Gaya Seminar yaitu gaya susunan kelas di mana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. Gaya Klaster yaitu gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil. • Personalisasi Kelas Menurut pakar manajemen kelas Carol Weinstein dan Andrew Mignano (1997), kelas sering kali mirip dengan kamar hotel – nyaman tetapi impersonal, tidak mengungkapkan apa pun tentang orang yang menggunakan ruang itu. Anonimitas semacam itu biasanya terjadi di kelas sekolah menengah, di mana enam atau tujuh kelas mungkin menggunakan ruangan selama satu hari. C. Menciptakan Lingkungan Yang Positif Untuk Pembelajaran 1. Menggunakan Gaya Otoritatif Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerja sama give – and – take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regualasi, menentukan standar dengan masukan dari murid. • Gaya manajemen kelas otitarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah menjaga ketertibatan di kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. • Gaya manajemen kelas yang permisif memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. 2. Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif Berikut ini kita akan fokus pada beberapa perbedaan antara manajer kelompok kelas yang efektif dan tidak efektif. Manajer kelas yang efektif : • Menunjukkan seberapa jauh mereka “mengikuti”. • Atasi situasi tumpang – tindih secara efektif. • Menjaga kelancaran dan konstinuitas pelajaran. Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang. 3. Membuat, Mengajarkan, dan Mempertahankan Aturan dan Prosedur • Membedakan Aturan dan Prosedur Baik aturan maupun prosedur adalah pernyataan ekspektasi tentang perilaku (Everston, Emmer & Worsham, 2003). Aturan fokus pada ekspekstasi umum atau spesifik atau standar perilaku. Contoh aturan umum adalah : “Hargai orang lain”. Contoh aturan yang lebih spesifik adalah : “Dilarang mengunyah permen karet di kelas”. • Mengajarkan Aturan dan Prosedur Beberapa guru mau melibatkan murid dalam pembuatan aturan dengan harapan ini akan mendorong mereka untuk lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri (Emmer, everston & Worsham, 2003). Keterlibatan murid dapat beragam bentuknya, antara lain dengan diskusi alasan penentuan aturan dan makna dari aturan. 4. Mengajak Murid untuk Bekerja Sama • Menjalin Hubungan Positif dengan Murid Ketika kebanyakan dari kita memikirkan guru favorit, kita memikirkan seseorang yang perhatian pada apakah pemahaman kita. Karenanya tunjukkan perhatian tulus pada murid sebagai individu sehingga mereka mau diajak bekerja sama. Orang mudah tergoda untuk menuntut prestasi akademik yang bagus dan kelas yang tenang, tetapi mudah lupa pada kebutuhan sosiemosional murid. • Mengajak Murid untuk Berbagi dan Mengemban Tanggung Jawab Beberapa pakar manajemen kelas percaya bahwa berbagi tanggung jawab dengan murid untuk membuat keputusan kelas akan meningkatkan komitmen atau kepatuhan murid pada keputusan itu (Eggleton, 2001; Lewis, 2001; Risley & Walther, 1995). • Beri Hadiah Terhadap Perilaku yang Tepat Berikut ini beberapa pedoman untuk menggantikan imbalan dalam mengelola kelas.  Memilih penguat yang Efektif.  Gunakan Prompts dan Shaping Secara Efektif.  Gunakan Hadiah untuk Memberi Informasi tentang Penguasaan, Bukan untuk Mengontrol Perilaku Murid. D. Menjadi Komunikator Yang Baik 1. Keterampilan Berbicara • Berbicara di Depan Kelas dan Murid Beberapa strategi untuk berbicara secara jelas dengan kelas antara lain (Florez, 1999) :  Menggunakan tata bahasa dengan benar.  Memilih strategi yang gampang dipahami dan tepat bagi level grade murid.  Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan murid dalam memahami apa yang Anda katakan.  Berbicara dengan tempo yang tepat, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.  Tidak menyampaikan hal – hal yang benar.  Menggunakan perencanan dan pemikiran logis sebagai dasar untuk berbicara secara jelas di kelas. > Pesan “kamu” adalah gaya komunikasi yang tidak diinginkan di mana pembicara tampak menghakimi orang lain menempatkannya dalam posisi defensif. > Pesan “aku” adalah adalah gaya komunikasi yang merefleksikan perasaan pembicara dan lebih baik ketimbang pernyataan “kamu” yang mengandung nada menghakimi. > Bersikap tegas.  Gaya agresif yaitu salah satu gaya dalam menangani konflik dimana orang cenderung “galak” kepada orang lain dan bersikap menuntut, kasar, dan bermusuhan.  Gaya manipulatif yaitu salah satu gaya dalam menangani komflik di mana orang berusaha untuk mendapatkan keinginannya dengan cara membuat orang lain merasa bersalah atau kasihan kepadanya.  Gaya pasif yaitu salah satu dalam menangani konflik di mana orang bersikap non – asertif dan pasrah dan tidak mau memberi tahu orang lain tentang apa yang mereka inginkan..  Gaya agresif yaitu salah satu gaya dalam menangani konflik dimana orang cenderung “galak” kepada orang lain dan bersikap menuntut, kasar, dan bermusuhan.  Gaya manipulatif yaitu salah satu gaya dalam menangani komflik di mana orang berusaha untuk mendapatkan keinginannya dengan cara membuat orang lain merasa bersalah atau kasihan kepadanya.  Gaya pasif yaitu salah satu dalam menangani konflik di mana orang bersikap non – asertif dan pasrah dan tidak mau memberi tahu orang lain tentang apa yang mereka inginkan.  Gaya asertif yaitu salah satu cara menangani konflik di mana orang mengekspresikan perasaan mereka, meminta apa yang mereka inginkan, mengatakan tidak pada apa – apa yang tidak mereka inginkan, dan bertindak demi kepentingan terbaik mereka.

Selasa, 11 April 2017

Hasil Observasi diSekolah SMP Al-Azhar Medan

LAPORAN HASIL OBSERVASI KELOMPOK 1 PSIKOLOGI PENDIDIKAN Kelompok 1 Alde Rahman Ifari 161301166 Eunike Aprillia Siagian 161301169 Saras Gusvita 161301173 Alifah Nabilah Dara 161301180 Nabila Yasmin Fahira 161301182 Dhita Dwi Endayu 161301188 Dolly Indra Aulia 161301233 Topik:Instruksi dan Konsep Pembelajaran serta Manajemen Kelas pada Sekolah Menengah Pertama Judul : Metode Pembelajaran Efektif dan Penataan Kelas yang Digunakan di SMP Al-Azhar Medan Data Sekolah Nama : Sekolah Menengah Pertama Al-Azhar Medan Alamat : Jalan Pintu Air IV No. 124. Kwala Bekala, Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara Konsep Pembelajaran: Konsep E-learning dengan menggunakan infocus dan Microsoft Power Point yang dilakukan guru saat menjelasakan ataupun murid saat persentase dan menggunakan metode Teacher Centered dan Learner Centered. Deskripsi Sekolah SMP Al-Azhar Medan adalah salah satu sekolah terfavorit di kota Medan. Memiliki luas sekolah yang cukup besar. Karena SMP Al-Azhar merupakan bagian dari sebuah yayasan, SMP Al-Azhar harus berbagi lokasi dengan SD maupun SMA Al-Azhar. SMP Al-Azhar memiliki 4 tingkatan kelas, diantaranya Reguler, Plus, Bilingual, dan Akselerasi. Lokasi sekolah yang memiliki banyak pohon di sekitarnya membuat suasana sekolah nyaman dan asri. BAB I : PERENCANAAN 1.1. Pendahuluan Metode pembelajaran merupakan hal yang penting dalam suatu pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Metode diperlukan karena nantinya seorang guru ataupun seorang murid penting sebagai instruktur dalam sebuah proses belajar. Tanpa adanya metode dan instruktur dalam suatu kelas, pembelajaran tidak selalu berjalan dengan baik. Ilmu tidak hanya didapatkan dari seseorang belajar sendiri, tetapi ilmu juga didapat dari indra kita, yaitu mendengar penjelasan ataupun arahan pembelajaran dari orang lain. konsep pembelajaran juga diperlukan, dimana seseorang akan lebih mudah menyampaikan materi dengan baik. Materi pun juga akan mudah dipahami dan diterapkan. Disamping metode dan konsep pembelajaran, hal yang perlu diketahui adalah sebuah manajemen kelas, yaitu penataan kelas. Hal tersebut sangatlah penting demi kenyamanan para siswa ataupun guru dalam proses belajar. Kenyamanan dalam kelas adalah hal yang penting, karena penataan kelas yang baik membantu siswa lebih berkonsentrasi dan menerima pembelajaran dalam kelas serta lebih semangat mengikuti pembelajaran. Dibawah ini kami akan menjelaskan apa itu instruksi pembelajaran, konsep pembelajaran serta manajemen kelas dengan kelebihan dan kekurangan setiap materi tersebut. Fokus dari materi tersebut juga menjelaskan hasil observasi kami mengenai ketiga materi diatas. 1.2. Landasan Teori 1.2.1 Manajemen Kelas Manajemen kelas perlu dikelola secara efektif, karena dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran pada murid. Sebuah pandangan menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengontrol perilaku murid. Pandangan lainnya memfokuskan pada kebutuhan murid untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan untuk menata diri. Menajemen kelas yang membuat murid menjadi bersikap pasif dan patuh terhadap aturan-aturan yang ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam proses pembelajaran yang aktif, pemikiran dan konstruksi pengetahuan sosial murid. Manajemen kelas yang efektif mempunyai dua tujuan: membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami masalah akademik dan emosional. Manajemen kelas yang efektif perlu mendesain lingkungan fisik kelas yang sekadar penataan barang di kelas. Prinsip Penataan Kelas • Kurangi kepadatan di area yang sering dilewati • Pastikan bahwa guru dapat melihat dengan mudah semua murid • Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses • Pastikan murid dapat melihat dengan mudah semua presentasi kelas Gaya Penataan • Gaya auditorium tradisional, semua murid duduk menghadap guru • Gaya tatap muka (face to face), murid saling menghadap • Gaya off-set, beberapa murid berpasangan duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung sama lain • Gaya seminar,sejumlah murid berpasangan duduk di susunan berbentuk lingkaran atau persegi atau bentuk U • Gaya klaster (cluster), sejumlah murid bekerja dalam kelompok kecil. Menciptakan Lingkungan Positif untuk Pembelajaran Strategi Umum • Gaya otoritatif Guru yang otoritatif akan cendrung mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau berkerja sama dengan teman, dan menujukkan penghargaan diri yang tinggi. Guru otoritatif akan melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menujukkan sikap perhatian kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan masukan dari murid. Stategi menagemen kelas yang otoritatif akan mondorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen. o Gaya permisif Gaya manajemen kelas ini member banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku murid. Muridnya cenderung mempunyai keahlian akademik yang tidak memadai dan control diri yang rendah. Manajemen pembelajaran yang efektif dapat terwujud dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Menetapkan aturan kelas (class routine) Kita mengetahui bahwa kebiasaan tiap siswa berbeda. Seorang guru tidak boleh menyalahkan atau membenci siswa karena kebiasaan mereka yang baik dan buruk diperoleh dari pengalaman di jenjang pendidikan sebelumnya dan lingkungan siswa berada. Sehingga untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui pemberian aturan saat proses pembelajaran, terutama pada awal pertemuan pembelajaran sehingga terjadi kesepakatan antara siswa dan guru. 2. Memulai kegiatan tepat waktu (getting started) Dalam memulai suatu materi pembelajaran diperlukan ketepatan waktu bagi guru maupun siswa (masalah keterlambatan telah diatur pada saat menetapkan aturan kelas) sehingga pembelajaran efektif dan tidak ada waktu yang terbuang banyak. 3. Mengatur pelajaran (managing the lesson) Proses pembelajaran yang efektif, guru harus mengatur dan menjaga agar proses kegiatan berjalan lancar dan tidak mengalami gangguan atau hambatan. Guru harus mengoptimalkan keikutsertaan siswa, kesempatan melakukan, penggunaan peralatan, serta mengorganisir pembagian kelompok, tidak terlalu banyak ceramah sehingga siswa tidak jenuh. 4. Mengelompokkan siswa (grouping the student) Pada saat meembahas materi tertentu, diperlukan juga siswa harus berkelompok agar mereka dapat bekerja sama dan tidak individualis. Kadang-kadang diperlukan adanya ketua kelompok sehingga ketua tersebut dapat memanage dirinya sendiri dan teman-temannya. 5. Mengakhiri pelajaran (ending the lesson) Pada akhir pelajaran diharapkan siswa memiliki kesan yang baik selama kegiatan berlangsung sehingga siswa selalu mengingat hal-hal yang berupa pengalaman selama kegiatan. Maka dari itu, seorang guru harus membuat klimaks naik pada saat pertemuan sehingga siswa berharap adanya kegiatan lanjut yang lebih menarik pada pertemuan berikutnya. Kelebihan dan Kekurangan dalam Pengelolaan Kelas Setiap keterampilan pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kelebihan ini akan muncul jika seorang guru mampu membawa suasana dan terampil dalam mengelola kelas. Namun kekuarangan atau kejelekan pengelolaan kelas ini akan muncul saat guru merasa kewalahan bila belum memahami langkah memahami keterampilan tersebut. a. Kelebihan dalam Pengelolaan Kelas - Sangat efektif dalam pembelajaran - Siswa merasa nyaman bila ini sukses dilakukan - Menjadi pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan - Siswa dapat menanggapi dengan cepat setiap pembelajaran yang ada - Guru dapat mengajar dalam melanjutkan materi selanjutnya dengan nyaman b. Kekurangan dalam Pengelolalan Kelas - Susah diterapkan - Biasanya hanya diterapkan pada tingkat SMP ke atas - Perlu menjaga wibawa dan cara bergaul guru - Senantiasa fokus pada kelas dan segala permasalahannya 1.2.2. Konsep Pembelajaran E-Learning Pengertian E- learning Mendefinisikan e-learning sebagai pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya. Ciri-ciri dari pemanfaatan TIK pada e-learning antara lain adalah: Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; dimana pengajar dan yang diajar dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokelor. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehinga dapat diakses oleh pengajar dan yang diajar. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer. Kelebihan E-learning Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pengajar dan murid dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. Bila yang diajar memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet. Baik pengajar maupun yang diajar dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Kekurangan E-Learning Kurangnya interaksi antara pengajar dan yang diajar bahkan sesama diajar itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar. Tidak semua area/tempat tersedia fasilitas internet Lambat dalam menguasai komputer. 1.2.3. Instruksi Pembelajaran Teacher-Centered dan Learner-Centered Dalam pendekatan ini, teacher-centered mmakai perencanaan dan intruksi disusun dengan ketat dan guru mengarahkan pembelajaran murid. Perencanaan Pelajaran Teacher-Centered Terdapat tiga alat umum di sekolah yang berguna dalam perencanaan teacher-centered, yaitu. 1. Merencanakan Sasaran Behavioral (perilaku). Sasaran behavioral (behavioral objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik dan harus memiliki tiga bagian, yaitu.  Perilaku murid. Fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid.  Kondisi di mana perilaku terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi atau dites.  Kriteria kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat diterima Menganalisa Tugas Analisan tugas berfokus pada pemecahan suatu tugas yang kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen. Analisa tersebut dapat melalui tiga langkah dasar. Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas. Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukaan tugas, seperti kertas, pemsil, kalkulator, dan lain-lain. Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan. Menyusun Taksonomi Instruksional Taksonomi adalah sistem klasifikasi, taksonomi instruksional membantu pendekatan teacher-centered. Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga dominan : Dominan kognitif, mengandung enam sasaran, yaitu (1) Pengetahuan, murid punya kemampuan untuk mengingat informasi. (2) Pemahaman, murid memahami informasi dan dapat menerangkannya dengan menggunakan kalimat sendiri. (3) Aplikasi, murid menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. (4) Analisis, murid memecah informasi yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan mengaitkan informasi dengan informasi lain. (5) Sintesis, murid mengkombinasikan elemen-elemen dan menciptakan informasi baru. (6) Evaluasi, murid membuat penilaian dan keputusan yang baik. Domain efektif, terdapat lima sasaran yang berhubungan dengan respon emosional terhadap tugas, (1) Penerimaan, murid mengetahui atau memerhatikan sesuatu di lingkungan. (2) Respons, murid termotivasi untuk belajar dan menunjukkan perilaku baru sebagai hasil dari pengalamannya. (3) Menghargai, murid terlibat atau berkomitmen pada beberapa pengalaman. (4) Pengorganisasian, murid mengintegrasikan nilai baru ke perangkat nilai yang sudah ada dan memberi prioritas yang tepat. (5) Menghargai karakterisasi, murid bertindak sesuai dengan nilai tersebut dan berkomitmennya kepada nilai tersebut. Domain psikomotor, sasaran psikomotor tersebut adalah, (1) Gerakan refleks, murid merespons suatu stimulus secara refleks tanpa perlu banyak berfikir. (2) Gerak fundamental dasar, murid melakukan gerakan dasar untuk tujuan tertentu. (3) Kemampuan perseptual, murid menggunakan indra untuk melakukan sesuatu. (4) Kemampuan fisik, murid mengembangkan daya tahan, kekuatan, fleksibilitas, dan kegesitan. (5) Gerakan terlatih, murid melakukan keterampilan fisik yang kompleks dengan lancar. (6) Perilaku nondiskusif, murid mengkomunikasikan perasaan dan emosinya melalui gerak tubuh. Instruksi Langsung Instruksi langsung (direct instruction) merupakan pendekatan teacher-centered yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan dan kontrol guru, ekspetasi guru yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha oleh guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid. Fokus instruksi langsung adalah aktivitas akademik, bukan materi non-akademik. Tujuan penting dari instruksi langsung adalah memaksimalkan waktu belajar murid. Waktu yang dipakai murid dalam mengerjakan tugas-tugas akademik dikelas dinamakan waktu pembelajaran akademik. Strategi Instruksional Teacher-Centered Mengorientasikan Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, susunlah kerangka pelajaran dan orientasikan murid ke materi baru tersebut. Advance organizer Adalah aktivitas dan teknik pengajaran dengan membuat kerangka pelajaran dan mengorientasikan murid pada materi sebelum materi itu diajarkan. Advance organizer terdiri dua bentuk : expository advance organizer dan comparative advance organizer. Pengetahuan, Penjelasan, dan Demonstrasi Pengajaran dengan ceramah, penjelasan dan demonstrasi adalah aktivitas yang biasa dilakukan guru dalam mendekati instruksi langsung. Pertanyaan dan Diskusi Diskusi dan pertanyaan perlu diintegrasikan ke dalam pendekatan instruksi teacher-centered. Dalam menggunakan strategi ini, penting untuk merespons setiap kebutuhan pembelajaran murid sembari menjaga minat dan perhatian kelompok. Mastery Learning Merupakan pembelajaran satu konsep atau topik secara menyeluruh sebelum pindah ke topik yang lebih sulit. Seatwork Seatwork/tugas di bangku kelas adalah menyuruh semua murid atau sebagian besar murid untuk belajar sendiri-sendiri di bangku mereka. Pekerjaan Rumah Keputusan instruksional penting lainnya adalah seberapa banyak dan apa jenis pekerjaan rumah yang harus diberikan kepada murid. Kelebihan teacher centered learning Informasi dapat diberikan kepada sejumlah siswa dalam waktu yang singkat Pengajar mengendalikan organisasi,mater dan waktu sepenuhnya Menyediakan forum bagi pakar untuk mengutarakan pengalamannya Pada umumnya memungkinkan untuk menggunakan metode assessment secara cepat dan mudah Kekurangan teacher centered learning Pengajar mengendalikan pengerahuan sepenuhnya Terjadi komunikasi satu arah Tidak kondusif untuk terjadinya critical thinking Mendorong terjadinya pembelajaran secara pasif Prinsip Learner-Centered Instruksi dan perencanaan learner-centered adalah para siswa, bukan guru. Meningkatnya minat terhadap prinsip learner-centered dalam perencanaan dan instruksi ini telah menghasilkan satu set pedoman diberi judul Learner-Centered Psychologycal Principles: A Framework for School Reform and Redesign. Learner-Centered Principles Work Group percaya bahwa selama dekade yang lalu riset psikologi yang relevan dengan pendidikan telah memberikan banyak informasi, dan meningkatkan pemahaman mengenai aspek kognitif, emosional dan kontekstual dari pembelajaran. Prinsip ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Faktor Kognitif dan Metakognitif Sifat proses pembelajaran. Tujuan proses pembelajaran. Konstruksi pengetahuan Faktor Motivasi dan Emosional Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran. Motivasi intrinsik untuk belajar Efek motivasi terhadap usaha Faktor Sosial dan Developmental Pengaruh perkembangan pada pembelajaran Pengaruh sosial terhadap pembelajaran Faktor Perbedaan Individual Perbedaan individual dalam pembelajaran Pembelajaran dan diversitas Standar dan penilaian Beberapa Strategi Instruksional Learner-Centered Pembelajaran Berbasis Problem. Pembelajaran berbasis problem menekankan pada pemecahan problem kehidupan nyata. Kurikulum berbasis problem akan memberi problem riil kepada murid, yakni problem yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan Esensial. Pertanyaan esensial adalah pertanyaan yang merefleksikan inti dari kurikulum, hal paling pemting yang harus dieksplorasi dan dipelajari oleh murid. Pembelajaran Penemuan Pembelajaran penemuan adalah pembelajaran di mana murid menyusun pemahaman sendiri. Pembelajaran penemuan berbeda dengan pendekatan instruksi lamgsung, di mana guru menjelaskan secara langsung informasi kepada murid. Kelebihan learner centered : Menyertakan siswa dalam proses pembelajaran Mendorong siswa untuk memiliki pengetahuan yang lebih banyak Menjalin siswa dengan kehidupan nyata Mendorong terjadinya pembelajaran secara aktif Mendorong terjadinya critical thinking Mengarahkan siswa untuk mengenali dan menggunakan berbagai macam gaya belajar Kekurangan learner centered : Ada kemungkinan untuk menggunakan waktu yang lebih banyak Belum tentu efektif untuk seluruh kurikulum Belum tentu sesuai untuk siswa yang tak terbiasa aktif 1.3. Analisis Data Data diperoleh langsung di sekolah yang telah kami tentukan yaitu SMP Al-Azhar Medan. Hasil data diolah sesuai dengan hasil pengamatan yang kami lakukan langsung di kelas yang ditentukan dari pihak sekolah, yaitu dengan dua cara. Observasi Lamgsung Data yang kami ambil pada observasi kelompok kami adalah siswa kelas 8 Bilingual B di SMP Al-Azhar Medan yang dilakukan pada mata pelajaran terakhir yaitu Bahasa Indonesia dan dilakukan pada siang hari pukul 13.30. Wawancara Diakhir kelas mata pelajaran usai, kami melakukan wawancara kepada 3 siswa perwakilan kelas dan guru pengajar. Pertanyaan yang kami ajukan kepada siswa mengenai bagaimana kepuasan mereka terhadap konsep pembelajaran yang diberikan oleh guru, metode apa yang mereka gunakan saat pembelajaran dan seperti apa kenyamanan mereka dengan tata kelas yang diberikan sekolah mereka. Sedangkan pertanyaan yang kami ajukan kepada guru adalah mengenai metode pembelajaran apa yang diterapkan disekolah SMP Al-Azhar tersebut. 1.4. Alat dan Bahan Pulpen Notes Kamera Handphone 1.5. Sampel Penelitian dan Lokasi Pengambilan Data Sampel penelitian observasi mengambil Siswa/i kelas 8 Bilingual B berada di lantai 2 SMP Al-Azhar Medan. Lokasi Pengambilan Data berada di SMP Al-Azhar Medan. BAB II : PELAKSANAAN Sistematis Pelaksanaan Penelitian Tanggal Kegiatan 16 Maret 2017 Meminta contoh sampel data dari tahun sebelumnya 17 Maret 2017 Mendiskusikan sekolah yang ingin dituju sebagai observasi 22 Marer 2017 Meminta surat izin sekolah ke kampus 24 Maret 2017 Mengantar dan meminta izin kepada pihak SMP Al-Azhar Medan 25 Maret 2017 Konfirmasi sekolah atas izin observasi 27 Maret 2017 Pelaksanaan observasi 3 April 2017 Diskusi hasil observasi 3 April- 6 April 2017 Penyusunan laporan diskusi 10 April 2017 Posting Blog BAB III : LAPORAN dan EVALUASI DATA Laporan 1. Jadwal Kegiatan Hari/tanggal : Senin/27 Maret 2017 Waktu : Pukul 13.30 – 15.00 Kelas Observasi/ Mata Pelajaran : 8 Bilingual B/ Bahasa Indonesia 2. Sistematika Observasi Saat tiba di lokasi SMP Al-Azhar kami meminta izin dan berjumpa dengan WKS 1 untuk melakukan observasi dan WKS 1 memilih kelas yang dituju. WKS 1 memberikan izin observasi di kelas 8 Bilingual B, lalu kami masuk dan meminta izin kepada guru yang mengajar dikelas tersebut dan mengamati proses pembelajaran. Selama di dalam kelas kami mengamati bagaimana guru menjelaskan materi dan murid diminta guru untuk menjelaskan materi apa yang akan dibahas atau metode apa yang digunakan dalam materi tersebut. Kami mengamati bagaimana manjemen kelas tersebut atau tata ruang kelas yang nyaman bagi murid. Manajemen kelas yang kami amati berupa besarnya ruang kelas terhadap jumlah murid, letak fasilitas yang disediakan di kelas, dan pencahayaan ataupun tata lampu dikelas dan susunan bangku para murid. Selama pengamatan tersebut kami mengambil dokumentasi kegiatan murid dan kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut. Setelah melakukan pengamatan di kelas, kami melakukan wawancara dengan meminta 3 orang siswa sebagai narusumber kami, dan juga mewawancara guru yang mengajar. Pertanyaan yang kami ajukan kepada murid adalah seberapa puas murid dengan konsep pembelajaran, manejemen kelas yang disediakan, dan metode yang digunakan guru dalam menjelaskan materi. Sedangakan pertanyaan yang diajukan kepada guru adalah bagaimana metode yang dilakukan ke murid apakah efektif atau tidak. Hasil Observasi Observasi kami lakukan di kelas 8 Bilingual B pada pukul 13.30. Jumlah siswa terdiri dari 27 orang dan ketika hadir hanya sekitar 21 orang. Suasana kelas tersebut cukup nyaman, kurang rapi dan bersih karena sudah siang dan setelah jam istirahat. Tata letak bangku dan meja disusun saling berhadapan. Meja guru di letak di bagian depan diantara kedua barisan bangku para siswa. Dalam gaya penataan kelas, kelas ini menggunakan gaya penataan tatap muka atau face to face(murid saling menghadap satu sama lain).Kelas dipenuhi berbagai karya siswa dan beberapa diantaranya mengenai konsep pembelajaran secara ringkas. Murid diberi loker buku untuk meletakkan barang mereka karena ukuran meja dan laci yang kecil. Kelas juga diberi dispenser sebagai air minum para siswa karena mereka melakukan proses belajar sampai sore. Pencahayaan lampu dikelas kurang baik, karena ada beberapa lampu yang tidak bisa dinyalakan dan pencahayaan dari luar ruangan tidak masuk kedalam kelas. Udara dikelas kurang nyaman karena ukuran kelas cukup luas tetapi ukuran tersebut sesuai dengan banyaknya siswa dan beberapa barang di kelas seperti dispenser dan loker buku, selain itu tersedia dua buah kipas angin dikelas tersebut tetapi kipas angin tersebut belum cukup memberikan suhu udara yang baik untuk murid. Saat kami memasuki kelas guru sedang mengajarkan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Beliau mengajarkan materi tentang puisi. Saat kami mengamati pembelajaran berlangsung, guru tidak menggunakan proyektor dan Power Point sebagai media pembelajaran. Hal ini dikarenakan materi yang akan dibahas berkaitan dengan membaca puisi karya mereka sendiri sehingga guru tidak menggunakan media pembelajaran . Kami juga menemukan bahwa media pembelajaran seperti proyektor tidak lengkap. Hal tersebut terjadi karena sekolah hanya menyediakan beberapa proyektor untuk semua kelas bukan di setiap kelas tersedia. Setiap kelas harus saling bergantian dalam memakai proyektor apabila kelas tersebut ingin menggunakannya. Ini merupakan salah satu kekurangan dari fasilitas sekolah terhadap media pembelajaran. Minggu sebelumnya, murid-murid telah diberi tugas membuat puisi karya masing-masing. Saat observasi kelas sedang berlangsung, guru sedang menyuruh para siswa untuk membacakan puisi karya mereka. Menurut kami, metode yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut adalah metode teacher dan learner centered. Pada awalnya guru menjelaskan materi sebelumnya yaitu menjelasakan pengertian puisi dan cara membuat puisi yang telah dipelajari pada minggu lalu kemudian mereka diberi tugas membuat puisi dan guru memeriksa hasil puisi sebagai tugas mereka. Lalu murid diminta oleh guru kembali menjelaskan materi yang telah dijelaskan minggu lalu untuk mengingat kembali materi tersebut dan meminta murid untuk membacakan hasil puisi karya mereka, serta menjelaskan maksud dari puisi tersebut kepada teman-teman mereka. Disini murid sebagai fasilitator yang menjelaskan materi puisi, dan guru membimbing muridnya dalam mengamati penjelasan dari para siswa. Namun saat guru menjelaskan dan murid membaca puisi karya mereka, terkadang beberapa siswa lebih asik sendiri terhadap urusan masing-masing. Tetapi cara mengajar guru cukup santai sehingga para siswa tidak merasa jenuh biarpun mata pelajaran tersebut di mulai pada pukul 2 siang. Proses belajar mengajar cukup aktif, dimana siswa juga aktif dalam berpartisipasi dalam proses belajar. Pembelajaran terjadi secara 2 arah dan terkadang guru bisa mengkondisikan suasana kelas. Diakhir pengamatan, kami melakukan wawancara kepada tiga perwakilan siswa kelas dan guru yang mengajar di kelas. Pertanyaan yang kami ajukan kepada 3 siswa adalah Apa yang membedakan kalian dengan sebutan kelas Bilingual dengan kelas lain? Bagaimana dengan pemanfaatan teknologi seperti proyektor saat kalian melakukan proses pembelajaran? Seberapa sering kalian gunakan? Menurut kalian, apakah suasana dan penataan kelas tersusun dengan baik dan nyaman? Dari ketiga pertanyaan yang kami ajukan kepada 3 siswa secara bergantian, kami menyimpukan bahwa mereka dikatakan siswa kelas Bilingual karena mereka menggunakan 2 bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris saat proses pembelajaran dan itu tergantung mata pelajaran apa yang mereka pelajari di hari itu. Selain itu, saat melakukan proses pembelajaran pemanfaatan teknologi menurut mereka sangat baik karena mereka diajarkan untuk kreatif dan dapat menggunakan proyektor dan power point saat menyampaikan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran tersebut juga jarang dilakukan karena melihat materi apa yang akan mereka sampaikan dan siapa yang akan menyampaikan materi apakah murid atau guru mereka. Dan untuk jawaban terakhir kami menyimpulkan bahwa mereka cukup nyaman dikelas yang mereka gunakan saat belajar, karena kelas dipenuhi berbagai kreatifitas mereka, penataan kelas yang digunakan dimana susunan bangku dan kursi dibuat berhadapan dengan teman mereka dan posisi guru berada di tengah meja para murid. Pendapat mereka mengenai kelas tersebut adalah kelas juga terasa panas karena sirkulasi udara yang masuk kurang begitu baik dan pendingin ruangan tidak ada yang ad hanya kipas angin dikelas mereka sehingga terkadang terasa panas. Sedangkan pertanyaan yang kami ajukan kepada guru adalah mengenai bagaiamana metode pembelajaran yang biasa digunakan di SMP Al-Azhar dan bagaimana pendapat guru mengenai para siswa yang mengikuti pembelajarannya. Dari jawaban tersebut kami menyimpulkan bahwa di SMP Al-Azhar ini menerapkan instruksi pembelajaran teacher dan learner centered, guru membawakan materi dan kemudian murid juga diberi kesempatan untuk menyampaikan materi serta murid dibagi kedalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan pembelajaran. Siswa mengikuti pembelajaran secara aktif karena setiap akan datang guru menyampaikan strategi apa yang akan digunakan untuk pembelajaran selanjutnya dan mewajibkan para siswa untuk membaca materi sebelum mengikuti pembelajaran. Evaluasi Dalam penelitian observasi ini, kami mengamati beberapa topik pembelajaran, yaitu manajemen kelas, konsep e-learning, instruksi pembelajaran yang digunakan guru. Kami mengalami sedikit hambatan ketika mendapat izin dari pihak sekolah, dimana SMP Al-Azhar merupakan sekolah dibawah naungan yayasan, sehingga pihak sekolah harus meminta izin dulu kepada pihak yayasan dalam memberikan izin kepada kami untuk melakukan observasi. 2 hari setelah kami meminta izin, kami diberi kabar diizinkan untuk melakukan observasi di Al-Azhar. Selain itu, terdapat perencanaan yang sudah disusun yang kurang sesuai saat kami melakukan pengamatan. Pada awalnya kami telah menyusun rencana untuk melakukan pengamatan kepada kelas yang melakukan pembelajaran e-learning, yaitu menggunakan proyektor dan power point sebagai media pembelajaran, tetapi ketika dilapangan pihak sekolah tidak memberikan kelas dimana guru atau murid tidak menggunakan proyektor dan power point sebagai media pembelajaran dan tidak sesuai yang ingin kami observasi. Menurut kami kemungkinan adanya kurang komunikasi antara anggota yang meminta izin dan pihak sekolah yang menentukan kelas yang akan di observasi. Walaupun saat kami melakukan observasi tidak sesuai yang kami harapkan, tetapi berdasarkan hasil wawancara kami kepada perwakilan siswa dan guru yang mengajar bahwa SMP AL-Azhar memakai konsep e-learning dalam pembelajaran yaitu memakai proyektor dan menggunakan power point tetapi bergantung terhadap materi yang akan diajarkan. Selain itu, kendala lain dari observasi kami adalah dikarenakan observasi kami dapat dilakukan saat setelah istirahat sholat Zuhur dan makan, pengamatan kami mengenai manajemen kelas adalah keadaan kelas kurang kondusif saat siswa mengikuti mata pelajaran siang hari hal ini disebabkan udara kelas yang kurang baik dan pencahayaan yang kurang baik masuk ke ruangan kelas, sehingga kelas terasa sedikit gelap. Meskipun begitu konsep pembelajaran di SMP Al-Azhar dan manajemen kelas seperti penataan meja, bangku dan sebagainya sudah tersusun cukup baik. Testimoni Alde Rahman Ifari (16-166) Kami melakukan observasi pada pukul 2 siang dimana itu merupakan jadwal belajar selepas ishoma. Kami mendapatkan kesempatan untuk mengobservasi kelas 8 bilingual B. Saat itu guru menjelaskan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Guru mengajar dengan cukup mudah dan energik dan cara mengajar cukup santai. Para siswa cukup antusias dengan kegiatan belajar di kelas tersebut, tetapi suasana kelas tidak kondusif dan udara panas membuat proses belajar dan mengajar menjadi terganggu. Untungnya, guru tahu bagaimana cara agar para siswa tetap fokus dan tidak asik dengan kegiatannya sendiri. Eunike Aprillia Siagian (16-169) Dari observasi sekolah pada SMP Al-Azhar ini, sistem e-learning dan pengajarannya sudah cukup efektif. Disini saya benar-benar bisa mengerti dan dapat mengaplikasikan dengan jelas contoh nyata dari teori yang ada. Kemudian merasakan sulitnya untuk mencari sekolah, meminta izin dengan kepala sekolah, mengurus surat izin dan mengatur pertemuan selanjutnya untuk melakukan observasi. Berkomunikasi dengan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung dan yang agak sulit saat menyusun kata-kata untuk meminta izin. Mengatur konsep observasi yang berlangsung. Banyak belajar menjadi seorang leader dalam kelompok yang menguji kesabaran, keikhlasan, serta menampun semua pendapat dari anggota. Lalu mengamati interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar menjadi pelajaran bagi saya sendiri. Begitu sulitnya mengamati mereka dalam proses belajar, ada yang bermain-main saat guru menerangkan, ada yang bercerita dengan temannya saat pelajaran berlangsung dan yang paling sulit adalah saat observasi berlangsung dan mereka tau sedang di observasi, mereka menjadi baik saat kami mengamati interaksi mereka. Namun, itu semua sudah bagian dari resiko observasiini. Bagi sekolah SMP Alazhar Medan ini, hendaknya dapat memfasilitasi sistem e-learningnya secara merata pada seluruh kelas, tidak hanya pada beberapa kelas saja ataupun saat materi yang memerlukan sistem e-learning tersebut. Saras Gusvita (16-173) Menurut saya, salah satu tugas observasi mata kuliah psikologi pendidikan adalah hal yang menarik, karena tugas ini memberikan saya kesempatan untuk belajar mengamati lingkungan pembelajaran di sekolah dan ini adalah perdana saya dalam melakukan tugas observasi. Manfaat observasi ini adalah saya dapat mengetahui bagaimana para guru memberikan metode pembelajaran serta bagaimana guru mengatur murid di dalam kelas, belajar untuk bekerja sama dan menyatukan berbagai pendapat dari setiap anggota, memilih waktu dan menyusun perencanaan untuk observasi dan menguji kesabaran terhadap berbagai persoalan yang dihadapi selama proses observasi ini.Terdapat kendala yang saya alami, seperti saat melakukan observasi pada siang hari, sehingga suasana kurang kondusif di dalam kelas, mengatur waktu antara mengerjakan laporan dengan mengerjakan tugas lain. Observasi ini sangat perlu bekerja keras agar hasil laporan maksimal dan sesuai dengan yang diamati. Dengan adanya tugas observasi ini, saya belajar untuk membagi waktu dengan baik antara tugas observasi dan tugas mata kuliah yang lain. Nabila Yasmin Fahira (16-180) Pada tanggal 27 maret 2017, saya dan teman-teman saya melakukan observasi ke sekolah al-azhar untuk tugas pendidikan kami. Kami di sana melakukan observasi melihat bagaimana di kelas mereka belajarnya, apa yang mereka gunakan untuk belajarnya, dan apakah suasanya nyaman untuk belajar. Jadi kami mengamati keadaan di kelasnya, suasananya terkadang ribut terkadang tidak, murid-murid nya juga dapat mengikuti pembelajarannya, dan di kelas itu biasanya mereka menggunakan alat bantu yaitu proyektor, itu berguna dalam pembelajaran, untuk tidak bosan dan memanfaatkan teknologi yang tersedia di sekolah tersebut. Ada kekurangannya untuk di dalam ruangan karena di dalam hanya menggunakan kipas tetapi tidak banyak sehingg murid-murid kepanasan. Itu bisa membuat tidak konsentrasinya dalam belajar, tapi tetap dapat mengikuti pembelajaran. Alifah Nabilah (16-182) Bedasrkan tugas pendidikan,kami disuruh untuk melakukan observasi kesekolah, Jadi hari Senin tanggal 27 maret 2017 kami melakukan observasi ke sekolah SMP Al-Azhar di medan guna melaksanakannya.disana kami melihat bagaimana proses belajar mengajar nya ,sistem belajarnya,media belajar dan suasana kelas Terkadang mereka belajar menggunakan proyektor dan juga suasana awal kelas kondusif namun mulai ricuh saat guru menyuruh untuk melakukan sesuatu dan juga kelas kurang dalam hal seperti kipas angin dan lampu. Dhita Dwi Endayu (16-188) Pada awal memasuki sekolah smp alazhar, saya merasa bernostalgia kembali dengan sekolah, karena smp ini adalah smp saya dulu. Saya menjadi rindu dengan kegiatan di sekolah ini. Dan dalam hal observasi,sebelumnya saya tidak pernah melakukan observasi apapun atau dimanapun, ini yang hal perdana yang pernah saya lakukan. Observasi ini memberikan banyak pelajaran bagi saya sendiri, pelajaran bagaimana mengetahui kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dan murid. Beda rasanya mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan mengobservasi bagaimana kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Kemudian, observasi ini juga mengajarkan saya bagaimana bekerja kelompok dengan seharusnya, mengajarkan kerja sama satu sama lain, dengan tidak memaksakan kehendak sendiri. Observasi ini juga dapat membuat lebih memahami bagaimana materi yang sudah dipelajari sebelumnya di kelas. Observasi ini membutuhkan kerja keras, karena agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal. Dan observasi ini juga dapat mengajarkan saya untuk memanage waktu, dengan membagi waktu untuk mengerjakan observasi dengan hal yang lainnya. Saya berharap akan ada sesi observasi selanjutnya di kemudian hari agar dapat lebih menambah pelajaran berharga bagi saya. Doli Indra Aulia (16-233) Observasi ini adalah kali pertama bagi saya, menurut saya dalam observasi ini sangatlah menyenangkan bisa langsung turun kelapangan dengan melihat bagaimana metode pembelajaran dikelas dan suasana kelas tersebut. Guru sangatlah pandai untuk menenangkan muridnya ketika suasana sedang ribut dan guru diSMP Al-Azhar Medan sangatlah ramah, setiap kelas sangat banyak papan kelas dengan kertas yang bertulisan motivasi-motivasi semnagat belajar dari hasil tulis murid itu sendiri. Banyak hal positif yang bisa diperoleh bahwa semangat belajar bukanlah hanya dari diri sendiri tapi dengan tulisan tulisan atau gambar yang bisa membuat kita termotivasi untuk belajar. Dan ketika melihat mereka saya teringat disaat masa SMP saya, semoga saya dan teman teman bisa kembali berobservasi bersama dimasa mendatang. Pengalaman yang saya dapatkan disaat observasi ini adalah ketika kita kurang motivasi dari diri sendiri kita bisa membuat motivasi dengan segala bentuk untuk mendorong kita mencapai tujuan atau cita cita. Lampiran Poster Daftar Pustaka Santrock, J.W. 2004. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Diterjemahkan oleh : Tri Wibowo BS. Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP file:///C:/Users/WIN7/Downloads/665-2360-1-PB.pdf http://download.portalgaruda.org/article.php?article=298681&val=7280&title=PENGANTAR%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DAN%20KOMUNIKASI%20TERHADAP%20PROSES%20PEMBELAJARAN%20BERBASIS%20ELEKTRONIK%20%20(%20E-%20LEARNING%20)

Minggu, 09 April 2017

RESUME : PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

KULTUR DAN ETNIS Kultur     Kultur adalah pola perilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari kelompok orang tertentu yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya.     Studi lintas – kultural studi yang membandingkan apa yang terjadi dalam satu kultur dengan apa yang terjadi di dalam satu atau beberapa kultur lain; menyediakan informasi tentang seberapa jauh orang itu sama dan sebebrapa jauh perilaku tertentu adalah perilaku khusus dari suatu kultur.      Individualisme adalah seperangkat nilai yang mengutamakan tujuan personal di atas tujuan kelompok. Nilai - nilai individualis mencakup perasaan senang, keunikan personal, dan independensi atau kemandirian.     Kolektivisme seperangkat nilai yang mendukung kelompok. Tujuan personal digunakan untuk menjaga integritas kelompok, interdependensi anggota kelompok dan keharmonisan hubungan. Status Sosioekonomi Status sosioekonomi (socioeconomic status – SES) adalah kelompok orang berdasarkan karekteristik ekonomi,indivual, dan pekerjaanya. Tingkat kemiskinan di amerika Mendidik anak berlatar belakang SES Rendah. Etnis            Kata ethnic berasal dari kata yunani yang berarti “bangsa”. Etnisitas (etnicity) adalah pola umum karekteristik seperti warisan kultural, nasionalitas, ras, agama, dan bahasa. Setiap orang adalah anggota dari satu atau lebih kelompok etnis. Relasi antar – orang yang berbeda etnis, bukan hanya di amerika tapi di seluruh dunia, sering kali dipenuhi dengan bias dan konflik. Etnisitas dan sekolah. Prasangka, Diskriminasi, dan Bias                Prasangka adalah sikap negatif yang tak adil terhadap orang lain karena keanggotan individu itu dalam satu kelompok. Kelompok yang menjadi sasaran prasangka mungkin didefinisan berdasarkan etnis,jenis kelamin, atau perbedaan lain yang terlihat.fokus kita di sini adalah prasangka terhadap kelompok etnis kulit berwarna. ·                     Diversitas dan perbedaan. Pengalaman historis, ekonomi dan sosial telah melahirkan prasangka dan perbedaan antar kelompok etnis Isu Bahasa Pendidikan Bilingual. Bertujuan untuk mengajar mata pelajaran kepada anak imigran dengan menggunakan bahasa asal mereka sembari secara bertahap memberikan pengajaran dengan bahasa inggris. Kebanyakan program bilingual adalah program transisional yang di kembangkan untuk membantu murid sampai mereka bisa memahami bahasa inggris secara cukup sehingga bisa belajar kelas reguler. Konsiderasi Bahasa kedua lainya. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragam persfektif  dari berbagai kelompok kulturan. Tujuan penting dari pendidikan multikultural adalah pemerataan kesempatan bagi semua murid  Memberdayakan Murid     Pemberdayaan (empowerment) berarti memberi orang kemampuan intelektual dan keterampilan memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lbh adil. Pengajaran Yang Relevan Secara Kultural. Pengajaran yang Relevan Secara Kutural adalah aspek penting dari pendidikan multikultural. Pengajaran ini dimaksudkan untuk menjalin hubungan dengan latar belakang kultural dari pelajar. Pendidikan yang Berpusat Pada Isu     Pendidikan yang berpusat pada isu juga merupakan aspek penting dari pendidikan multikultural. Dalam pendekatan ini, murid diajari secara sistematis untuk mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan sosial.  Meningkatkan hubungan di antara anak dari kelompok etnis yang berbeda-beda. Ada sejumlah strategi dan program untuk menngkatkan hubungan antar anak dari kelompk etnis yang berbeda – beda. Kelas jigsaw adalah kelas dimana murid dari berbagai latar belakang kultural yang berbeda diminta bekerjasama untuk mengerjakan beberapa bagian yang berbeda dari suatu tugas untuk meraih tujuan yang sama. Kontak personal dengan orang lain dari latar belakang kultural yang berbeda. Misalnya, memasukkan anak minoritas ke bis sekolah yang didominasi Kulit Putih atau sebaliknya, tidak selalu bisa mengurangi prasangka atau memperbaiki hubungan antar-etnis. Pengambilan persfektif. Latihan dan aktivitas yang membantu murid melihat perspektif orang lain dapat meningkatkan relasi antar-etnis. Pemikiran Kritis dan intelegensi emosional. Murid yang belajar berpikir secara mendalam dan kritis tentang relasi antar-etnis kemungkinan akan berkurang prasangkanya dan tak lagi menstereotipkan orang lain. Mengurangi bias. Menciptakan sejumlah alat untuk membantuk anak mengurangi, mengelola, atau bahkan mengeliminasi bias. Meningkatkan toleransi. Teaching Tolerance project menyediakan sumber daya dan materi kepada sekolah untuk meningkatkan pemahaman antarkultural dan hubungan antara anak Kulit Putih dengan Kulit Berwarna Sekolah dan komunitas sebagai satu tim. GENDER     Gender adalah dimensi sosiokultural dan psikologis dari pria dan wanita. Istilah gender dibedakan dari istilah jenis kelamin (seks). Seks berhubungan dengan dimensi biologis pria dan wanita. Peran gender (gender role) adalah ekspektasi sosial yang merumuskan bagaimana pria dan wanita seharusnya berfikir, merasa dan berbuat. Pandangan Terhadap Perkembangan Gender Peran gender merupakan ekspektasi sosial yang merumuskan bagaimana pria dan wanita harus berfikir, merasa dan berbuat Pandangan Biologis.     Pasangan kromosom ke-23 dalam diri manusia (kromosom jenis kelamin) merupakan  penentu apakah fetus (janin)itu akan menjadi wanita XX atau kah pria XY.Tidak ada yang menyangkal adanya perbedaan genetik, biokimia, dan natomi antar jenis kelamin.  Pandangan Sosialisasi      Teori Psikoanalitik Gender Teori yang berasal pandangan sigmund frued bahwa anak – anak prasekolah mengembangkan ketertarikan seksual terhadap orang tuanya yang berbeda jenis kelamin dengan dirinya.kemudian, sekitar umur lima tahun atau enam tahun, anak mengurangi perasaan ini karena merasa gelisa. Selanjutnya, anak mengindentifikasi dirinya dengan orang tuanya yang berjenis kelamin yang sama dengan dirinya, dan secara tak sadar mengadopsi karekter orang tua yang sama jenis kelaminya dengan dirinya.     Teori Kognitif Sosial Gender Teori yang menekankan bahwa perkembangan genderanak terjadi melalui pengamatan dan peniruan perilaku gender dan melalui penguatan dan dan hukuman terhdap perilaku gender. Pandangan Kognitif     Teori Perkembangan kognitif gender Teori kohlberg yang menyatakan bahwa anak mengadopsi suatu gender setelah mereka mengembangkan konsep gender.     Teori skema gender Teori bahwa perhatian dan perilaku individu di tuntun oleh motivasi internal untuk menyusaikan diri dengan standar sosiokultural berbaris gender dan stereotip gender.        Stereotip, Kesamaan, dan perbedaan Gender Srereotip gender adalah kategori luas yang merefleksikan kesan dan kenyakinan tentang apa perilaku yang tepat untuk pria dan wanita.     Penampilan fisik. karena pendidikan jasmani adalah bagian integral dari sistem pendidikan di amerika, maka penting untuk membahas persamaan dan perbedaan dalam penampilan fisik.     Keahlian matematika dan sains. Ada temuan yang beragam dalam penelitian soal kemampuan matematika. Dalam beberapa analisis, anak lelaki lebih bagus dalam matematika dan ini telah lama menjadi perhatian. ( eisenberg, martin & fabes, 1996)   Kemampuan Verbal. Sebuah ulasan terhadap perbedaan dan persamaan gender yang di lakukan pada era 1970 an menunjukan bahwa anak perempuan punya kemampuan verbal yang lebih baik dibanding ank lelaki.(maccoby & jacklin 1974)     Pencapaian pendidikan. Lelaki lebih besar kemungkinan drop out dari sekolah ketimbang wanita,meskipun perbedaanya kecil.     Keahlian hubungan. Rapport talk adalah bahasa percakapan dan cara menjalin hubungan dan menegosiasikan hubungan. Report talk adalah pembicaraan yang memberikan informasi lebih merupakan karekteristik pria ketimbang wanita.  Agresi dan regulasi diri Kontroversi gender Klafikasi Peran Gender Androgini dan pendidikan. Androgini merupakan kehadiran karekteristik meskulin dan feminin yang di inginkan dala diri seorang. Transendensi perangender. Yakni, pandangan bahwa kompetensi orang seharusnya dikonseptualisasikan dalam term orang sebagai pribadi manusia (person)bukan dalam term maskulinitas, feminitas atau androgini.  Kultur.arti penting dari konteks gender tampak jelas ketika kita mengkaji perilaku yang dirumuskan secara kultural secara wanita  dan  pria dalam negara yang berbeda di seluruh dunia. Menghilangkan Bias Gender Interaksi guru murid. Adalah bukti bahwa kelas mengandung bias gender. Isi kurikulum dan isi mata pelajaran olahraga. Pelecehan seksual Quid pro quo sexual harassment. Ancaman dari karyawan sekolah untuk membuat keputusan pendidikan.(seperti pemberian nilai) berdasrkan kesedian murid untuk menerima tindakan seksual yang tiak di inginkan. Hostile environment sexual harassment. Murid dikenai tindakan seksual yang tidak di inginkanya, dimana pelecehan seksual itu sangat parah, terus menerus  atau berkelanjutan sehingga tindakan itu menghambat kemampuan murid untuk mendpatkan manfaat dari pendidikanya.

RESUME : PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN TAHAP PERKEMBANGAN

Proses dan Priode Pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena merupakan hasil dari beberapa proses: proses biologis, kognitif dan sosialemosional. Proses Biologis,Kognitif,dan Sosioemosional Proses Biologis, perubahan dalam tubuh anak. Proses biologis melandasi perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerak dan perubahan hormonal dimasa puber. Proses Kognitif, perubahan dalam pemikiran, kecerdasan dan bahasa anak. Proses perkembangan kognitif memampukan anak untk mengingat puisi, membayangkan bagaimana cara memecahkan soal matematika, menyusun strategi kreatif  atau menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang bermakna. Proses Sosioemosional, perubahan dalam hubungan anak dengn orang lain, perubahan dalam emosi dan perubahan dalam kepribadian. Periode Perkembangan. Untuk tujuan organisasi dan pemahaman. Biasa dideskripsikan perkembangan berdasarkan periode-periode. Dalam system klarifikasi yang paling banyak dipakai : Infancy (Bayi) adalah periode dari kelahiran sampai usia dua puluh empat bulan. Ini adalah masa ketika anak sangat bergantung pada orang tuanya. Early Childhood (TK) adalah periode dari akhir masa bayi sampai umur lima atau enam tahun. Selama periode ini anak menjadi mandiri dan mulai siap untuk bersekolah. Middle dan late childhood (SD) adalah dimulai dari usia enam sampai sebelas tahun. Anak mulai menguasai keahlian membaca, menulis dan berhitung. Adolescence (SMP-SMA) adalah transisi dari masa anak–anak ke usia dewasa. Periode ini dimulai sekitar usia sepuluh atau duabelas tahun , remaja mulai mengalami perubahan fisik yang cepat. Ealry adulthood adalah masa ketika kerja dan cinta menjadi tema utama dalam kehidupan, sudah mulai menentukan karier dan biasanya mencari pasangan intim untuk pacaran atau bahkan untuk membangun rumah tangga atau perkawinan. Ada lagi pembahasannya tetapi kita hanya pada periode yang paling relevan bagi pendidikan anak PERKEMBANGAN KOGNITIF Otak Sampai saat ini belum banyak diketahui tentang bagaimana perubahan otak saat usia anak-anak dan ketika mereka tumbuh. Daerah dan sel Otak :Jumlah dan ukuran saraf otak terus bertambah setidaknya sampai usia remaja. Beberapa penambahan ukuran otak juga disebabkan oleh myelination, sebuah proses dimana banyak sel otak dan system saraf diselimuti oleh lapisan-lapisan sel lemak yang bersekat-sekat. Myelination dalam daerah otak yang berhubungan dengan koordinasi mata – tangan belum lengkap sampai usia empat tahun. Myelination dalam area otak yang paling penting dalam memfokuskan perhatian belum lengkap sampai akhir usia sekolah dasar.     Lateralisasi: Cerebral cortex terdiri dari dua belahan atau hemisphere. Lateralissi adalah spesialisasi fungsi dalam satu bagian otak atau satu bagian lainya untuk pemprosesan verbal dan pemprosesan nonverbal. Pemrosesan verbal :Pemahaman aspek bahasa seperti penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks yang berbeda, metafora, dan humor, juga melibatkan belahan otak kanan. Pemrosesan nonverbal : Otak belahan kanan lebih dominan dalam pemrosesan informasi nonverbal, seperti persepsi ruang, pengenalan visual, dan emosi.     Otak dan Pendidikan anak: Ada banyak klaim tentang bagaimana pendidikan anak harus didasarkan pada kemampuan otak. Beberapa jurnalis menegaskan bahwa pendidikan harus menengok pada ilmu saraf untuk menjawab pertanyaan untuk bagaimana cara terbaik mengajar anak berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan otak. Teori Piaget Proses Kognitif. Dalam memahami dunia secara aktif, anak anak menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi). Sebuah skema adalah konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorgansasikan dan menginterrentasikan informasi. Piaget mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi terjadi jika anak menyesuaikan diri pada informasi baru. Piaget juga mengatakan bahwa untuk memahami dunianya, anak–anak secara kognitif mengorganisasikan pengalaman mereka.Organisasi adalah konsep Piaget yang berarti usaha mengelompokkan perilaku yang terpisah-pisah kedalam urutan yang lebih teratur, kedalam system fungsi kognitif. Ekuilibrasi adalah suatu mekanisme yang dikemukakan piaget untuk menjelaskan bagaimana anak bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya.  Tahap- Tahap Piagetian. Melalui observasinya, piaget meyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan : Tahap sensorimotor: bayi membangun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indrawi dan tindakan fisik (dari kelahiran sampai usia 2 tahun). Tahap Pra-Operasional : anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata dan gambar ( 2-7 tahun). Dan tahapan ini terbagi lagi menjadi dua subtahap: Subtahap fungsi simbolis anak kecil secara mental mulai bisa merepresentasikan objek yang tak hadir. (2-4 tahun) dan Subtahap pemikiran intuitif anak mulai menggunakan penalaran primitive dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan. (4-7 tahun). Tahap Operasional Kongkret : anak kini bisa menalar secara logis tentang kejadian–kejadian kongkret dan mampu mengklasifikasi objek kedalam kelompok yang berbeda beda ( 7-11 tahun). Tahap Operasional Formal : remaja berfikir lebih abstrak, idealistis dan logis ( 11- sampai dewasa). Teori Vygotsky Asumsi Vygotsky. Ada tiga klaim dalam inti pandangannya yaitu : Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpresentasikan secara developmental. Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psiologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental. Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural. Perkembangan Bahasa     Bahasa adalah bentuk komunikasi, antara lisan, tertulis, atau tanda yang didasarkan pada system symbol. Semua bahasa manusia adalah generatif.     Fonologi; sistem suara bahasa. Aturan fonologi mengizinkan beberapa sekuensi suara.     Morfologi; aturan untuk mengombinasikan morfem, yang merupakan rangkaian suara yang merupakan bahasa satuan terkecil.     Sintaksis; cara kata dikombinasikan untuk membentuk frasa dan kalimat yang bisa di terima.     Semantik : adalah makna dari kata atau kalimat.     Pragmatis; penggunaan percakapan yang tepat.      - Indulgent Parenting: gaya asuh dimna orang tua terlibat aktif tetapi hanya sedikit memberi batasan atau kekangan pada perilaku.

Resume : PENDEKATAKAN BEHAVIORAL DAN KOGNITIF SOSIAL

APA ITU PEMBELAJARAN? Pembelajaran (learning) dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku,pengetahuan, dan ketrampilan berpikir yang diperoleh dari pengalaman Pendekatan untuk pembelajaran Bagian ini dinamakan behavioral. Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati,bukan dengan proses mental. Proses mental didefinisikan oleh psikolog sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat orang lain. Menurut behavioris, pemikiran, perasaan, dan motif tidak bisa diobservasi secara langsung. Pengkondisian klasik dan operan, kedua pandangan ini menekan pembelajaran asosiatif (associative learning), yang terdiri dari pembelajaran bahwa dua kejadian saling terkait (associated) .misalnya pembelajaran asosiatif terjadi ketika murid mengasosiasikan atau mengaitkan kejadian yang menyenangkan dengan pembelajaran sesuatu disekolah Kognitif . Penekanan kognitif menjadi basis bagi banyak pendekatan untuk pembelajaran, dan ada empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran yaitu : Kognitif sosial yang menekankan bagaimana faktor faktor perilaku,lingkungan dan orang (kognitif) saling berinteraksi mempengaruhi proses pembelajaran . Pemrosesan informasi menitikberatkan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian,ingatan,pemikiran dan proses kognitif lainnya. Konstruktivis kognitif menekankan konstruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman. Konstruktivis sosial,fokus pada kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman  PENDEKATAN BEHAVIORAL UNTUK PEMBELAJARAN Pengkondisian Klasik Ivan Pavlov tertarik pada cara tubuh mencerna makanan. Dalam eksperimennya,dia secara rutin meletakkan bubur daging di depan mulut anjing, yang menyebabkan anjing mengeluarkan air liur. Anjing itu berliur saat merespons sejumlah stumuli yang diasosiasikan dengan makanan, seperti ketika ia melihat piring makanan, orang yang membawa makanan, suara pintu tertutup saat makanan tiba. Pavlov menyadari bahwa asosiasi terhadap penglihatan dan suara dengan makanan ini merupakan tipe pembelajaran yang penting yang kemudaian dikenal sebagai pengkondisian klasik.       Pengkondisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli.untuk memahami teori pengkondisian klasik Pavlov kita harus memahami dua tipe stimuli dan dua tipe respons :unconditioned stimulus(US) ,unconditioned response (UR) ,Conditioned stimulus (CS) dan conditioned response( CR)      Unconditioned stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respons tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu.dalam eksperimen Pavlov ,makanan adalah US .Unconditioned response (UR) adalah response yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US.dalam eksperimen Pavlov air liur anjing yang Merespon makanan adalah UR.Sebuah conditioned stimulus (CS) adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned response setelah diasosiasikan dengan US. Conditioned response (CR) adalah response yang dipelajari ,yakni response terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS Generalisasi ,diskriminasi, dan pelenyapan. Generalisasi dalam pengkondisian klasik adalah tendensi dari stimulus baru yang sama dengan conditioned stimulus yang asli untuk menghasilkan respon yang sama. Contohnya murid dimarahi karena ujian biologinya buruk.saat murid itu mulai bersiap untuk ujian kimia, dia jadi gugup karena dua mata pelajaran itu saling berkaitan.jadi murid itu menggeneralisasikan satu ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Diskriminasi dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme merespon stimuli tertentu tetapi tidak Merespon stimuli lainnya. Pelenyapan (extinction) dalam pengkondisian klasik adalah pelemahan conditioned response (CR) karena tidak adanya unconditioned stimulus (US) Desensitisasi sistematis adalah sebuah metode yang didasarkan pada pengkondisian klasik yang dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dengan cara membuat individu mengasosiasikan relaksasi dengan visualisasi situasi yang menimbulkan kecemasan Pengkondisian Operan     Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku untuk diulangi.     Hukum efek thorndike. menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah Pengkondisian Operan Skinner. Pengkondisian operan dimana konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam probalitas perilaku itu akan terjadi, merupakan inti dari behaviorisme Skinner. Penguatan dan hukuman, Penguatan (imbalan) (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi .sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Penguatan positif, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding) Penguatan negative, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stiumulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan negatif adalah dalam penguatan positif dan negatif adalah dalam penguatan positif ada yang ditambahkan atau diperoleh.adalah mudah untuk mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman (punishment).agar istilah ini tidak rancu,ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku,sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku Generalisasi,Diskriminasi dan pelenyapan. Generalisasi dalam pengkondisian operan berarti memberikan respons yang sama terhadap stimuli yang sama. Diskriminasi dalam pengkondisian operan berarti pembedaan diantara stimuli dan kejadian lingkungan. Dalam pengkondisian operan, pelenyapan (extinction) terjadi ketika respons penguat sebelumnya tidak lagi diperkuat dan responnya menurun Analisi perilaku terapan dalam pendidikan      Analisis perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan : meningkatkan perilaku yang diinginkan ,menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shaping) dan mengurangi perilaku yang tidak diharapkan. Meningkatkan Perilaku yang Diharapkan Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan : Memilih Penguat yang Efektif Menjadikan Penguat Kontigen dan Tepat Waktu Memilih Jadwal Penguatan Terbaik Menggunakan Perjanjian Menggunakan Penguatan Negatif Secara Efektif Menggunakan Prompt dan Shaping. Prompt adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi. Shaping adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku yang mirip dengan perilaku sasaran. Teori Kognitif Sosial Bandura     Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilaku ,memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert Bandura adalah salah satu arsitek utama teori kognitif sosial .bandura mengembangkan model determinisme resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama : perilaku,person/kognitif dan lingkungan. Dalam model pembelajaran bandura ,faktor person (kognitif) yang ditekankan bandura (1997,2001) pada masa belakangan ini adalah self-efficacy yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif.bandura mengatakan bahwa self-efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku Pembelajaran Observasional      Pembelajaran observasional,juga dinamakan imitasi atau modeling adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain.kapasitas untuk mempelajari pola perilaku dengan observasi dapat mengeliminasi pembelajaran trial and error yang membosankan Model pembelajaran observasional kontemporer bandura. Sejak eksperimen awalnya, Bandura (1986) memfokuskan pada proses spesifik yang terlibat dalam pembelajaran observasional .proses itu adalah Atensi. Sebelum murid dapat meniru tindakan model,mereka harus memperhatikan apa yang dilakukan atau apa yang dikatakan si model .atensi pada model dipengaruhi oleh sejumblah karakteristik Retensi. Untuk mereproduksi tindakan model,murid harus mengodekan informasi dan menyimpannya dalam ingatan (memori) sehingga informasi itu bisa diambil kembali.deskripsi verbal sederhana atau gambar yang menarik dan hidup dari apa yang dilakukan model akan bisa membantu daya retensi murid Produksi. Anak mungkin memperhatikan model dan mengingat apa yang mereka lihat,tetapi karena keterbatasan dalam kemampuan geraknya,mereka tidak bisa memproduksi perilaku model Motivasi. Bandura percaya bahwa penguatan tidak selalu dibutuhkan agar pembelajaran observasional terjadi.tetapi jika anak tidak meniru atau memproduksi perilaku yang diinginkan,ada tiga jenis penguat yang bisa menolong yaitu memberi imbalan pada model,memberi imbalan pada anak,memerintahkan anak untuk membuat pernyataan untuk memperkuat diri